YAYASAN Islam Dian Didaktika

O - L U - G A (Juara 1 Lomba Menulis Esai)

Img Avatar
Riza Meri Yanti, SP
Guru YAYASAN Islam Dian Didaktika
O - L U - G A (Juara 1 Lomba Menulis Esai)

Kaget. Itulah yang saya rasakan waktu itu. Saat itu saya sedang mengawas ulangan di salah satu ruang kelas di lantai 2. Acha yang masih kelas 10 adalah salah satu murid yang saya awasi. Hanya tertinggal Acha dan seorang teman sekelasnya karena yang lain sudah selesai dan berada di luar ruang ulangan.

Tiba-tiba Acha melihat ke arah kursi di belakangnya yang sudah kosong. Dengan cepat dia membalikkan badannya ke depan. Tak lama kemudian, dia kembali melihat ke arah belakang yang sama. Kali ini saya bisa menangkap ekspresi takut dan cemas dari wajahnya. Wah, saya jadi berpikir apa Acha bisa melihat makhluk ghoib? Kebetulan di samping jendela kelas ini ada kuburan warga. 

Saat mengumpulkan kertas ulangan, saya menanyakan Acha mengenai apa yang ia lihat di belakangnya tadi. 

Aku lihat anak laki-laki pakai baju hitam-hitam, kepalanya tertutup hudi, duduk di situ Bu, Dia menunjuk ke bangku kosong di pojok belakang. Saya merinding.

Sekarang dia masih di sana, Cha?


Udah ga ada Bu.

Itulah awal saya tahu bahwa Acha punya keistimewaan. Semenjak percakapan saya dan Acha saat ulangan itu, saya secara intensif mengadakan komunikasi dengan Acha. Setiap hari saya sempatkan untuk menemuinya di kelas dan mengajaknya untuk ke ruang BK untuk sekedar menanyakan kabar, bagaimana perasaannya saat itu, apa yang sedang dia pikirkan, dan hal-hal ringan lainnya. Saya berusaha membangun trust Acha kepada saya sebagai guru BK-nya.


Saya melakukan pendekatan yang saya sebut dengan OLUGA. Saya terapkan OLUGA kepada Acha dan secara umum murid-murid lainnya. Apa itu OLUGA?

O = Observing. Mengamati tingkah laku, gerak- gerik, ekspresi, gesture, intonasi suara, interaksi, dan hal spesifik yang terlihat dari tiap murid, itulah hal pertama yang saya lakukan. Acha anak yang pendiam, baik di dalam kelas saat pelajaran, maupun di luar kelas. Dia lebih sering tampak sendiri dan melihati teman-temannya yang lain. Tak jarang teman-temannya dan guru-guru melihat Acha bertingkah bak balerina dengan memutarkan tubuhnya di koridor. Acha juga kerap berbicara dan tersenyum sendiri. Saat diminta untuk maju ke depan kelas, ekspresinya mendadak berubah menjadi takut. Dia pernah bersembunyi di toilet saat pengambilan nilai debat dalam pelajaran Bahasa Indonesia.


L = Listening. Mendengarkan isi pikiran, perasaan, pengalaman di masa sebelumnya, latar belakang keluarga dari seorang murid adalah tahap berikutnya setelah observing. Mendengarkan adalah proses menggali informasi. Pada dasarnya setiap anak butuh untuk didengarkan apalagi jika ia kurang berkomunikasi di rumah dan di sekolah. 


Acha adalah anak tunggal yang kedua orangtuanya bekerja. Tidak punya saudara dan tidak ada teman di rumah membuat Acha kesepian. Saat SMP, Acha pernah mengalami peristiwa traumatik yang membuatnya tidak percaya untuk menjalin pertemanan lagi sehingga terbawa sampai SMA. Acha menarik diri ke dalam dunianya sendiri. Dalam kesendirian, Acha menciptakan teman-teman bayangan. Ada satu teman bayangan yang sangat kuat yang selalu menemani di sekolah dan di rumah. Jika teman-temannya di sekolah melihat Acha berbicara dan tersenyum sendiri, sebenarnya dalam pikiran ia sedang berbicara dengan teman bayangannya. Begitu pula saat ia berputar bak balerina, di pikirannya ia sedang menari bersama teman bayangannya.

Sosok bayangan anak laki-laki dengan pakaian dan hudi hitam adalah sosok yang ditakuti Acha. Sosok inilah yang ia lihat saat saya menjadi pengawas ulangan di kelasnya. Sosok ini hanya muncul saat Acha dalam kondisi takut, cemas, khawatir, atau kondisi yang membuat ia tidak nyaman. Seperti saat ulangan, saat pengambilan nilai, atau saat akan maju ke depan kelas. 


Yang melegakan adalah Acha bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang hanya ada dalam imajinasinya. Hanya saja Acha tidak bisa menolak kehadiran teman-teman bayangannya. Ia membutuhkan kehadiran mereka terutama saat ia merasa kesepian. Ia juga tidak bisa menghindar dari kehadiran musuhnya, sosok hitam berhudi, yang selalu datang di saat ia takut atau cemas.


U = Understanding. Memahami segala kondisi murid setelah mengetahuinya dari listening adalah tahap berikutnya. Tidak mudah bagi anak untuk bisa secara terbuka mengungkapkan segala sesuatu mengenai dirinya kepada orang lain. Belum tentu dia terbuka kepada orang tuanya sendiri. Perlu adanya kepercayaan atau trust kepada orang tersebut. Membangun trust memerlukan kemampuan dalam memahami anak. Tidak menghakimi, tidak menganggap sepele, tidak menganggap aneh adalah kunci dari memahami. Cukup dengan mendengarkan, menerima, dan memahami. 

Memahami Acha dengan kondisinya sehingga menimbulkan trust adalah tahap penting dalam proses pemberian bantuan nantinya. Kadang saya bertanya tentang teman bayangan Acha. 'Dia' seperti apa, sedang di mana, apa yang sedang dilakukan, pakai baju apa, apa hobinya, tadi mengobrol apa saja, dan hal lain selayaknya 'dia' ada. Dengan demikian saya berusaha menyelami isi pikiran Acha.


G = Guiding. Tahap berikutnya adalah guiding atau membimbing. Intervensi dan treatment dilakukan dalam tahap ini. Begitu mengetahui bahwa Acha pernah mengalami peristiwa traumatik, hambatannya dalam relasi sosial, serta menciptakan teman-teman bayangan, saya langsung mengundang orangtua Acha untuk mendiskusikan kondisinya. Kaget sudah pasti, tidak menyangka bahwa anak semata wayangnya mengalami masalah psikologis. 

Orangtua Acha sangat kooperatif dalam menangani ananda. Acha dikonsultasikan kepada psikolog sekolah. Satu per satu teman bayangan Acha dihilangkan dimulai dari teman yang paling lemah, yang paling jarang muncul. Membangun kepercayaan diri Acha saya lakukan dengan mengembangkan potensinya. Dalam hal interaksi sosial, saya mendekatkan Acha dengan teman-teman yang paham dengan kondisinya.


A = Affirming. Tahap terakhir adalah affirming atau menguatkan. Setiap anak dilahirkan dengan potensinya masing-masing. Tugas orangtua dan pendidik adalah mengeluarkan dan mengasah potensi anak. Acha memiliki daya imajinasi sangat tinggi di mana ia bisa menciptakan tokoh-tokoh yang detil dengan latar yang tidak kalah detil. Ia juga memiliki kemampuan literasi yang baik. Beberapa cerpen fiktif berhasil ia ciptakan. Bahasa Inggris Acha juga baik. Beberapa cerpen ia tulis dalam Bahasa Inggris dengan vocabulary yang beragam. Acha berminat dengan jurusan kuliah sastra Inggris. Potensinya juga menunjang untuk jurusan ini. 


Kekuatan Acha lainnya adalah ketekunan dan motivasi yang tinggi dalam belajar. Tidak sekalipun ia bolos sekolah dan saat pembelajaran harus dilakukan secara daring akibat pandemi, Acha selalu hadir di kelas gmeet. Persiapan UTBK dijalani dengan penuh semangat. Pada saat ia memilih jurusan kuliah, terlintas minat lainnya, yaitu psikologi.

Ketekunan, perjuangan, serta kekuatan untuk bisa survive menjalani masa SMA membuahkan hasil yang sepadan. Acha dinyatakan diterima di Fakultas Psikologi kelas internasional Universitas Indonesia. Doa teriring semoga Acha mendapatkan keberkahan dalam ilmu yang sedang dipelajarinya dan bisa menjadi bekal dalam kehidupan berkarirnya nanti. Congratulation, Acha, you did it. I'm so proud of you.



Untuk seorang murid inspiratif, Acha.



Depok, 20 November 2021



Dini Pramesti, S.Psi.

Guru BK SMA Islam Dian Didaktika

Sekolah Islam Dian Didaktika

Syarat & Ketentuan

Kebijakan Privacy